Your Ad Here
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Tuesday, March 30, 2010

Ajaib, Gadis Kecil Itu Hidup Tanpa Otak Kanan

Post by Morning Glory


Barusan aku buka yahoo, eh.. ada berita tentang seorang anak yang hidup tanpa otak kanan. Umurnya baru sembilan tahun. Di usia sekecil itu, Cameron Mott harus kehilangan setengah organ otaknya dalam sebuah operasi radikal. Ia harus merelakan otak kanannya karena sindroma Rasmussen yang dideritanya.

Sindroma Rasmussen mulai terlihat sejak Cameron berusi tiga tahun. Penyakit langka ini meluas dan mematikan fungsi otak kanannya. Akibatnya, kejang-kejang dan gejala epilepsi hebat menghiasi hari-hari gadis kecil ini.

"Sangat menakutkan, karena sebagai orangtua Anda tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada anak Anda setelah operasi otak yang dramatis," kata sang ibu, Shelly Mott, seperti dikutip dari laman Mailonline.

Atas persetujuan keluarga, Cameron menjalani bedah kepala untuk pengangkatan otak kanannya. Tindakan berisiko tinggi dengan harapan hidup yang sangat tipis itu harus ditempuh demi menghentikan kejang-kejang dan epilepsi hebat yang selalu menderanya setiap waktu.

Sejak awal dokter telah mengatakan, seandainya Cameron lolos dari maut, kemungkinan besar akan mengalami koma dan lumpuh pada sisi kiri tubuhnya. Sebab, otak kanan adalah organ pengontrol tubuh bagian kiri.

Namun ajaib, ketakutan-ketakutan itu tak terjadi. Usai operasi dan menjalani fisioterapi, Cameron dapat berlari, dan bermain, kendati sedikit pincang dan kehilangan penglihatan tepi. Ia hanya menjalani perawatan di rumah sakit selama empat minggu.

Adakah ia merasakan efek operasi? Cameron menjawab, "Tidak terasa sama sekali." Cameron mengaku tetap mengejar impiannya. "Saya akan menjadi seorang balerina saat besar nanti."


Sumber:

news.yahoo.com

Edan, Pelajar SMP Dimesumi 7 Pria di Rumah Mewah



Ilustrasi


Baru-baru ini ada kejadian yang membuat kita prihatin dan menggeleng-gelengkan kepala. Tujuh pria tega memerkosa secara bergiliran pelajar putri kelas II SMP di sebuah rumah kosong di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Tiga dari pria begajulan itu telah dibekuk polisi, sementara empat lainnya masih dalam pengejaran.

Dua orang yang ditangkap mengaku bekerja sebagai petugas satpam sebuah bank nasional di Jakarta, sedangkan seorang lagi penganggur.

Peristiwa pemerkosaan Yanti (15)—sebut saja begitu—terjadi pada Kamis (25/3/2010) sore dan baru dilaporkan ke Polsektro Kebayoran Lama, Senin (29/3/2010). Perkara itu lalu dilimpahkan penanganannya ke Polrestro Jakarta Selatan.

Semula Yanti diam karena takut dan malu. Peristiwa itu akhirnya diungkapkan kepada orangtuanya yang menemukan perubahan perilaku Yanti dalam beberapa hari terakhir.

Kapolsektro Kebayoran Lama Komisaris Makmur Simbolon mengatakan, setelah mendapat laporan, pihaknya langsung menugaskan tim reserse mengejar pelaku pemerkosaan itu.

Yanti mengaku kenal dengan sejumlah berandal itu setelah dikenalkan oleh teman sebayanya bernama Iis. Dari keterangan Iis itulah polisi mengetahui identitas para pelaku. Tiga dari tujuh berandal yang ditangkap adalah Yudi (30), Ari (26), dan Idam (26). Ketiganya diketahui warga Pondok Pinang, Kebayoran Lama.

Makmur mengatakan, setelah berkenalan, para berandalan itu mengajak Yanti makan-makan di kawasan Pondok Indah.

Seusai makan, mereka menuju ke sebuah rumah mewah yang tak berpenghuni di Jalan Kartika Utama. Diduga, para pemerkosa sudah merencanakan aksi mereka dan mengetahui tempat yang aman untuk melakukan perbuatan tercela itu. Keluarga korban meminta para pelaku dihukum seberat-beratnya.


Sumber:

Kompas.com

Saturday, March 20, 2010

Bullying di Sekitar Kita...



Pasti kamu sudah sering dengar kata bullying! Tapi, sampai sekarang masih ada salah pengertian soal bullying. Banyak orang yang berpikir bullying dapat disamakan dengan senioritas. Sebenarnya pemikiran seperti itu kurang benar. Bullying dapat didefinisikan sebagai tindakan penekanan terhadap seseorang, baik fisik maupun mental, dan bukan menjadi bagian dari senioritas.

Mungkin di antara kita ada yang tidak menyadari, sebenarnya kita pun sewaktu-waktu pernah menjadi pelaku atau korban bullying. Tidak selalu pelaku bullying itu seorang senior atau orang yang lebih tua. Hal ini lebih sering terjadi di lingkungan pertemanan kita, yang mayoritas sebaya.

Perilaku bullying dapat dikelompokkan dalam empat kategori. Pertama, kontak fisik langsung, seperti memukul, menendang, memeras, atau mengunci seseorang di dalam ruangan. Kedua, kontak verbal langsung, seperti mengancam, mempermalukan, merendahkan, atau mengejek.

Ketiga, perilaku nonverbal langsung, seperti melihat dengan sinis, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, atau menjulurkan lidah. Keempat, perilaku nonverbal tidak langsung, seperti mendiamkan seseorang, sengaja mengucilkan, atau mengirimkan surat kaleng.


Perilaku ”bullying”

Pada umumnya perilaku bullying kontak verbal langsung lebih sering dilakukan. Tak hanya kepada adik kelas, seperti persepsi kebanyakan orang, tetapi terhadap teman kita sendiri pun hal itu sering terjadi.

Terkadang kita tak sadar bahwa perilaku mengejek, merendahkan, dan menjadikan seseorang sebagai bahan tertawaan itu menjadi masalah bagi si korban. Biasanya si korban hanya diam atau pasrah.

Namun, itu yang membahayakan karena akibat dari bullying dapat bermacam-macam, seperti hilangnya rasa percaya diri, tidak memiliki semangat untuk bersekolah, bahkan dapat menyebabkan perasaan ingin bunuh diri. Bullying mengganggu psikis korban. Akibat ini yang lebih membahayakan karena makin sulit disembuhkan.

Kalau kita tinjau lebih jauh lagi, sebenarnya yang menjadi masalah adalah penyakit sosial yang diderita si pelaku. Apabila pelaku tidak memiliki sindrom untuk mengusik orang lain, pastinya bullying tidak akan terjadi.

Tak ada alasan yang membenarkan perilaku tersebut karena tujuan dari perilaku bullying dapat dikatakan sebagai tindakan yang mencelakai, melukai, dan menyakiti orang lain, baik fisik maupun mental.

Jika ada yang beralasan bullying dilakukan semata-mata hanya untuk menegur, tentu ada pihak-pihak yang lebih berhak untuk menegur. Contoh: perilaku bullying senior terhadap yuniornya yang dikenal sebagai senioritas.

Hal itu sesungguhnya sangat tidak mencerminkan perilaku senior yang baik. Senior yang baik seharusnya memberikan contoh, bukannya memarahi, menyakiti, atau sekadar ”menegur”. Banyak yang bilang, alasan senior menegur itu karena tingkah laku yuniornya yang salah atau kurang sopan.

Lalu, apabila memang senior tersebut ingin menegur, bagaimana dengan tanggung jawab guru atau pihak sekolah yang memang berkewajiban untuk menegur? Kita tidak pernah tahu alasan seperti itu dari mana berasal. Jelas sekali, itu cuma sindrom tiran-tiran kecil yang ingin ”berkuasa”.


Peduli sekitar

Setiap sekolah tentu punya banyak guru yang dapat menggantikan siswa senior untuk menegur seseorang yang bersalah sehingga tidak perlu ditegur oleh sesama murid, bukan?

Lebih tidak masuk akal lagi apabila seseorang beralasan melakukan bullying dalam lingkungan sekolah atau senioritas karena sikap yunior yang kurang sopan.

Apabila seorang senior melakukan bullying terhadap yuniornya, hal itu akan berakibat hilangnya rasa hormat yunior terhadap seniornya. Justru yunior dapat lebih hormat kepada senior yang selalu baik atau nyaman diajak berteman.

Pada akhirnya semua alasan yang selalu dilontarkan pelaku bullying tidak ada yang masuk akal karena selalu berakhir dengan saling menyakiti.

Pada dasarnya, semua manusia diciptakan sama. Oleh karena itulah kita harus lebih menjaga perilaku, ucapan, bahkan ekspresi saat bertemu dengan orang lain. Dapat diambil kesimpulan, bullying itu bukanlah senioritas, tetapi senioritas itulah salah satu bentuk tindakan bullying.

Bullying tidak selalu berbentuk kekerasan fisik, tetapi dengan mengucilkan seseorang saja dapat dikatakan tindakan bullying. Oleh karena itu, mulailah kita lebih peduli terhadap sekitar. Mungkin saja selama ini kita telah melakukan bullying terhadap orang lain, bahkan teman kita sendiri.


Sumber:
http://cetak.kompas.com/

Monday, March 15, 2010

Teacher Writes "Loser" on 6th Grade Student's Paper

Post by Morning Glory


North Carolina teacher Rex Roland isn't going to get an apple from 11-year-old Heather Clement. That's because Roland has written the word "Loser" on her graded assignments more than once.

In November, Heather's mom Patty complained to Enka Middle School Principal Pam Fourtenbary when her daughter's assignment came back with the word "loser" written on it in red ink. Ms. Clement told NECN the principal said she would "put a stop to it."

Clement was outraged when a recent assignment came back with the words "-20% for being a LOSER" written at the top. Roland apologized, and the Buncombe County School District says this is a personnel matter they won't comment on.

Clement says that's not good enough. She's removed her daughter from Roland's class and wants him suspended.

Many parents and former students defend Roland. But none of them have gone on record with the media. They say "loser" is a joking term the teacher uses for good grades and bad.

Clement isn't the only one upset over Roland's actions, though. An online petition is circulating, asking that Buncombe County School District Superintendent Dr. Tony Baldwin fire Roland.

Unfortunately, the story doesn't end there. WLOS reported other students started bullying Heather the morning after the news story aired on TV and, by the end of the day, the girl had received almost 100 threatening text messages.

There's a line between unconventional teaching methods and downright abuse of your position. Most teachers know that.

Because of this one teacher, this 6th grader is being subjected to even more abuse from her peers and other parents who defend him. She is the victim.

Imagine if a stranger walked up to your child and called her a loser. Now let someone call your child a loser who's someone you've entrusted your child with, who's supposed to be educating your child. My hope is Patty Clement's fight for her daughter to have an education that doesn't include destructive, degrading teaching methods is what Heather remembers most out of this whole mess that could have been avoided.

What do you think of Rex Roland's teaching methods?


Sumber:

http://stayathomemoms.about.com/

Search

Adsense Indonesia